Setiap orang tua pasti menginginkan
anaknya menjadi anak yang shalih/shalihah. Begitu bayi lahir, setelah tujuh
hari kemudian di rayakan aqiqahnya. Dido’akan semoga menjadi anak yang berguna
bagi agama, bangsa, dan Negara. Ya kan? Namun, nampaknya para orang tua
seringkali lupa tidak menyisipkan do’anya agar anaknya menjadi anak yang taat
dan berbakti kepada orang tua, dan mendo’akan ayah dan ibu ketika telah tiada.
Tidak semuanya lupa, tapi boleh jadi sebagian besar orang tua kita pernah lupa
tidak mendo’akan kita seperti itu.
Mencium tangan adalah sebuah ajaran
sederhana untuk menanamkan ketaatan kepada orang tua. Meski sangat sederhana,
namun ternyata sangat membekas pada diri setiap orang.
Ada hadits yang kurang lebih berbunyi ”Ridha Allah itu tergantung pada ridha orang
tua, maka murka Allah tergantung pada murka orang tua”. Merinding, takut,
cemas, dan khawatir mendengar hadits ini. Mungkinkah diri ini bisa menjadi anak
yang baik, yang berbakti dan memberikan yang terbaik pada ayah dan ibu.
Merinding karena nilai marah dan ridha kedua orang tua disejajarkan/
diposisikan setara pada ridha dan murka Allah.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا
إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْلَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
(24)
“Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS.
Al-Isra: 23-24)
Takut, manakala ada lisan kita yang
berkata kasar, tangan yang berlaku kurang ajar,atau sesuatu yang menyakiti
keduanya. Dan Khawatir, jangan-jangan kita tidak mampu membuatnya bahagia.
Kalau mungkin ada kata mantan suami, mantan istri, namun tidak ada kata mantan
anak. Karena posisi kita atas ortu akan tetap sama, sebagi anaknya tercinta.
Ikatan orang tua dan anak itu sangat kuat. Mengikat diri dan hati kita untuk
selalu mencintai dan memberi akhlaq yang baik pada mereka berdua. Ikatan anak
dengan Ayah dan ibu semacam ikatan emosional yang tak lekang oleh waktu, tak
surut oleh zaman, dan ikatan itu tetap ada dan eksis diantara anak dan orang
tua.
Itulah yang membedakan antara sebutan
orang tua manusia dan induk hewan, khususnya ibu. Seekor burung dinamakan induk
manakala ia menelorkan beberapa telor yang kemudian menetas. Namun peran induk
baginya hanya sekedar melahirkannya saja, kemudian manakala anak-anaknya sudah
besar, ia sudah berlepas diri darinya. Mereka bisa terbang kemana mereka suka.
Dan mereka tidak perlu lagi memuliakan induknya. Mereka hanya berpikir hidup
mandiri dan bisa mengurus dirinya sendiri. Itu saja, setelah itu tidak ada lagi
hal yang perlu mereka lakukan.
Berbeda dengan manusia dan orang
tuanya. Mereka, ayah dan ibu kita adalah manusia yang pertama kali kita temui di dunia. Ketika
lahir sebagai bayi dimuka bumi ini, wajah ibu dan wajah ayah menemani
keseharian kita. Sapaan hangat,meski kita tidak melihatnya saat bayi,mampu
menina-bobokan kita. Ya ! dia adalah ayah. Lelaki yang sangat kita hormati. Dan
ibu, wanita yang muliayang layak mendapatkan penghormatan dari kita.
Namun begitu, ternyata setan selalu
mengganggu kita untuk lari dari kenyataan ini. Nafsu amarah seringkali
mengundang kita untuk berlaku kasar dan meremehkan mereka.
Ingatkah pada syair lagu Radja: “Aku Ada Karena Engkau Ada”
Cinta
adalah anugerah yang kuasa, yang bila terasa betapa indahnya…
Sungguh
lemah diriku tak berarti hidupku bila tak ada dirimu…
Aku ada
karena kau pun ada…
Dengan
cinta kau buat diriku hidup selamanya…
Andai
ku bisa akan ku balas semua yang pernah engkau berikan…
Terimakasih
dariku atas ketulusanmu, menyayangi diriku…
Atau Lirik “Bunda” Melly Goeslow
Tangan halus
nan suci…
Tlah
mengangkat tubuh ini…
Tangisan
nakal dari bibirku…
Takkan
jadi deritanya..
Nada-nada
yang indah…
Slalu
terurai darinya…
Jiwa
raga dan seluruh hidup…
Rela
dia berikan…
Kata… mereka diriku slalu dimanja......
Kata.... mereka diriku slalu ditimang......
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku......
A.
Kenapa harus
susah-susah Birrul Walidain
Kalau pertanyaan itu terlontar, mungkin
kita akan sedikit berekspresi. Alis mata di naikkan ke atas,mata sedikit
memicing dan tangan memanggul dagu. Persis gaya seorang pemikir. Padahal,
apakah memang pertanyaan itu sangat susah dijawab? Atau malah saking
gampangnya, kita malah berpikir “kenapa ya masih ada pertanyaan seperti ini?”
Hmm…
Saudaraku, bukankah sebenarnya
pertanyaan itu sangat sederhana dan tidak
membutuhkan jawaban yang rumit? Kalau kita lahir dari rahim seorang ibu,
besar dan tumbuh dari perawatan ayah dan ibu, makan minum gratis di rumah mereka,
sekolah dan kuliah dengan dana mereka, menyusahkan mereka dengan tangisan di
tangah malam, dan menyusahkan mereka dangan ribuan masalah dan persoalan, lalu
apakah dangan semua itu semua kebaikan yang mereka berikan, kita masih bertanya
“kenapa susah-susah berbakti pada orang tua?”
Tegakah pertanyan itu kita lontarkan?
Inilah beberapa alasan kenapa kita
harus Birrul Walidain. Renungi dan pelajarilah baik-baik. Semoga kita bisa
meraih pelajaran darinya.
1.
Alasan
pertama, Karena Allah Memerintahkan
Di dalam Al-Qur’an, akan kita dapatkan
beberapa ayat yang menjadi dalil penguat. Diantaranya:
a) QS. Luqman :
14
b)
QS. Al-Ahqah : 15-16
c)
QS. An-Nisa’ : 36
d) QS. Al-Isra’ : 23-24
e)
Hadits Al-Adabusy
Syar’iyyah, 1/434
2.
Kedua,
Karena Nabi pun Memerintahkan
3.
Ketiga,
Karena Para Ulama juga sepakat akan Hal itu
4.
Keempat,
Karena Mereka Orang Tua kita
B. Pentingnya Birrul
Walidain
- Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
- Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
- Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, berada di balik keridhaan orang tua.
- Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
C. Apa beda Birrul Walidain dengan ‘Uququl Walidain?
Menurut bahasa, Al-Ihsan berasal dari
kata Ahsana-Yuhsinu-Ihsana. Sedangkan yang damaksud Ihsan disini berarti adalah
berbakti pada kedua orang tua. Yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada
keduanya semampu kita dan bika memungkinkan mencegah gangguan terhadap
keduanya.
Sedang ‘Uquq artinya memotong (seperti
halnya aqiqah yaitu memotong kambing). ‘Uququl Walidain adalah gangguan yang
ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tuanya baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contoh gangguan dari seorang anak kepada kedua orang tuanya
yang berupa perkataan yaitu mengatakan “ah” atau ”cis”, berkata dengan kalimat
yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci, dll. Sedangkan yang
berupa perbuatan adalah berlaku kasar seperti memukul bila orang tua
menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak
memperdulikan, tidak bersilaturrahmi, atau tidak memberikan nafkah kepada kedua
orang tuanya yang miskin
D. Apa saja yang tidak boleh kita lakukan terhadap ortu?
Ø
Tidak
boleh durhaka kepada mereka,
Telah di jelaskan di dalam Q.S
Al-An’am (6) : 151 dan
HR. Al-Bukhari
Berikut beberapa contoh bentuk durhaka
yang dapat saya contohkan:
a.
Menimbulkan gangguan
terhadap orang tua baik berupa perkataan maupun perbuatan yang membuat orang
tua sedih dan sakit hati.
b.
Bakhil, tidak mau
mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lainnya, padahal orang
tua sangat membutuhkannya. Seandainya member nafkah pun dengan penuh
perhitungan.
c.
Bermuka Masam dan
Cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh,
“kolot”, dll.
d.
Menyuruh orang tua,
misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat
tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah.
Tetapi jika “Si Ibu” melakukan pekerjaan
tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus
berterima kasih.
e.
Menyebut kejelekkan
orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
f.
Malu mengakui orang
tuanya.
Sebagian
orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika
status sosialnya meningkat. Sikap semacam
ini adalah sikap yang tidak terpuji, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat
kepada orang tua dengan kepada orang lain.
Akibat
dari durhaka kepada orang tua akan dirasakan di dunia.
“Dari Abi Barkah ra. Mengatakan bahwa Nabi SAW berkata, “Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di
dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah
berlaku zhalim, kedua memutuskan sillaturrahmi.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam
hadits lain dikatakan, “Dua perbuatan
dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zhalim dan
al-‘uquq (durhaka kepada orang tua).”
(HR.
Hakim 4/177
dari Anas bin Malik ra.)
Sedangkan
dalam lafadz yang lain diriwayatkan Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan juga yang
lainnya, dikatakan, “ Dari Abdullah bin
Umar ra. Berkata, ‘Telah berkata Rasulullah
SAW, ‘Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surge dan Allah tidak akan
melihat mereka pada hari kiamat, yakni anak yang durhaka kepada kedua orang
tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang
membiarkan adanya kejelekkan (Zina) dalam rumah tangganya.”
(HR.
Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134)
Jadi
, salah satu yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga adalah durhaka kepada
kedua orang tuanya.
Dapat
kita lihat, bahwa orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya hidupnya tidak barakah dan selalu mengalami
kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya, maka kekayaannya tidak akan
menjadikannya bahagia.
Seandainya
ada seorang anak durhaka kepada kedua orang tuanya kemudian kedua orang tuanya tersebut
mendo’akan kejelekkan, maka do’a kedua orang tersebut bisa di kabulkan Allah.
Sebab dalam hadits yang shahih, Nabi SAW bersabda:
“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh
Allah-yang tidak diragukan tentang do’a ini- yang pertama yaitu do’a kedua
orang tua terhadap anaknya, yang kedua do’a musafir-yang sedang dalam
perjalanan-, yang ketiga do’a orang yang
di dzalimi.” (HR. Al-Bukhari)
Ø Tidak boleh berlaku
kasar
Hal
ini di jelaskan dalam QS. Al-Isra’: 23
Sekuat
apapun, hindarilah berlaku kasar pada kedua orang tua. Misalnya, Cemberut,
membanting pintu, piring, gelas, ataupun perbuatan-perbuatan kasar lainnnya.
Bukan pintu yang menjadi barang kesayangan kita, tetapi hati kedua orang tua
kita yang harus kita jaga. Jangan sampai ia terluka hanya gara-gara kita
membanting pintuterlalu keras.
Ø Tidak boleh berkata
Ah, Cis, atau Hush
Hal
ini telah di jelaskan dalam QS. Al-Ahqaf: 17
Ini
adalah peringatan keras bagi kita. Kita sesungguhnya sangat berpotensi untuk
berbuat kesalahan, tak terkecuali dalam persoalan menjaga lisan. Tidak sengaja
atau mungkin karena emosi sesaat, kita mungkin pernah mengatakan kata-kata Ah,
Uh Uh, Cis, Hus, dan beberapa umpatan lain. Persoalannya mungkin karena sesuatu
yang sederhana.
Karena
perkataan buruk biasanya muncul gara-gara marah yang tak tertahan, maka
solusinya adalah kita perlu belajar
bagaimana mengendalikan amarah.
Berikut tips mengelola marah:
·
Bacalah Ta’awudz
Marah berasal dari provokasi setan,
maka solusinya adalah mengusir setan dengan bacaan ta’awudz: “A’udzubillahi minasysyaithanirrajim”
·
Cobalah duduk atau
berbaring sejenak
Hal ini seperti di sabdakan Nabi SAW, “Jika seseorang di antara kalian sedang
marah sementara ia dalam keadaan berdiri, maka hendaknya dia segera duduk, dan
jika itu belum membuat reda marahnya, hendaknya dia berbaring.”
Tips ini perlu di coba, sebab ketika kita marah, dan kemudian duduk,
maka otomatis lebih sulit bagi kita untuk melampiaskan kemarahan kita. Apalagi
kalau kita berbaring, lebih sedikit yang bisa kita lakukan ketika berbuat
marah.
·
Berwudhu
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan, sedangkan setan diciptakan dari
api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang di
antara kalian sedang marah hendaknya berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
·
Mengingat fadhilah
menahan amarah
Hal ini samngat membantu, karena barang
siapa mengingat pahala, maka hati tergerak untuk melakukannya. Apalagi pahala
yang disediakan bagi orang yang mampu menahan amarah sangat istimewa, seperti
yang dijanjikan Nabi SAW, “Barangsiapa
menahan amarahnya, padahal ia sanggup melampiaskannya, maka Allah akan
memanggilnya pada hari Kiamat di hadapan seluruh makhluk hingga dia disuruh
memilih bidadari mana yang ia kehendaki.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Tirmidzi)
Subhanallah, Bidadari… Hmm.. .Siapa yang
tidak ingin memiliki Bidadari? Bukankah Bidadari adalah makhluk tercantik yang
di janjikan oleh Allah bagi penghuni Jannah.
·
Hendaknya
memperhatikan bahaya melampiaskan amarah
Membiarkan amarah menguasai diri sama
halnya sama dengan membuka satu pintu yang akan membuka pintu-pintu yang
lainnya. Seperti efek Domino, satu terjatuh, maka akan berjatuhan pula
kartu-kartu yang lainnya. Jatuhnya pintu pertama menjadi penentu jatuhnya
kartu-kartu lainnya. Maka menbuka pintu amarah sama halnya dengan menjatuhkan
kartu pertama. Terbuka pintu amarah akan membawa akibat besar yang hanya akan
mendatangkan penyesalan.
Cobalah lihat , betapa buruk wajah
orang yang marah. Cemberut, merengut, dan amburadul. Hatinya pun terbakara dan
anggota badan sangat mungkin terjerumus kedalam dosa-dosa besar.
·
Cobalah dengarlah
nama Allah, atau ayat-ayat Allah
Seperti halnya yang dilakukan Umar bin
Khathab ketika amarah menguasai dirinya.
Suatu ketika itu Umar memanggil seorang
sahabat dengan marah sambil membawa cambuk. Maka sahabat itu berkata pada Umar,
“Aku ingatkan Anda akan Allah” maka
Umar langsung membuang cambuknya seraya berkata,”Sungguh kamu telah mengingatkanku akan suatu urusan yang besar.”
Astaghfirullah,
semoga Allah mengampuni kesalahan kita.
Ø Tidak boleh
menyakiti hati mereka
Rasulullah
SAW bersabda:
“Paling besar-besarnya dosa besar ialah
Syirik kepada Allah dan membunuh manusia, dan Menyakiti hati ibu bapak dan
sumpah palsu.” (HR. Anas)
Bercermin
dari hadits tersebut, ternyata menyakiti hati kedua orang tua merupakan salah
satu dosa besar, bahkan menduduki peringkat ketiga.
v “Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair berkata,
“Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama Sembilan bulan
seolah-olah Sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hamper
saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia
hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dengan tangan
kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan
pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan.
Apabila kamu sakit atau mengeluh, tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan
panjang sekali kesedihannya. Dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang
mengobatimu dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia
akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangklan engkau balas dengan akhlak yang
tidak baik. Dia selalu mendo’akanmu dengan taufiq, baik secara sembunyi maupun
terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu disaat dia sudah tua renta, engkau
jadikan dia sebagaibarang yang tidak berharga disisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia
haus. Dan engkau mendahulukan berbuat baik kepada isrti dan anakmu darip[ada
ibumu. Dan engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia buat. Dan rasanya
berat atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah. Dan engkau
kira ibumu ada disisimu panjang umurnya padahal umurnya pendek. Engkau
tringgalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.”
E. Lakukan apa yang mesti anda lakukan
- Ajaklah mereka merengkuh indahnya islam
Salah
satu tugas kita adalah membimbing mereka. Tidak masalah anak membimbing orang
tua. Kita ajak mereka mengenal islam. Biarkan islam yang membelai nurani mereka
sehingga mereka kenal Allah dan
Rasulullah.itu adalah kewajiban kita dan merupakan hak mereka untuk bisa
mengenal islam.
Lakukan
metode pendekatan yang baik. Gunakan bahasa yang lemah lembut agar mereka tertarik
dengan apa yang kita bawa. Kalaulah terjadi pertentangan dan mereka menolak,
berdo’alah pada Allah agar kita selalu diberi kesabaran dan hujjah yang jelas.
Orang tua adalah orang terdekat kita, maka jangan sekali-kali memposisikan
mereka sebagai musuh.
Bahkan
kalau perlu, lakukan berbagai metode pendekatan untuk mendakwahi mereka. Bila
satu metode gagal, maka lakukan metode lainnya. Jangan putus asa, teruslah
berusaha. Karena mereka adalah orang tua kita. Bila kita bahagia, mereka pun
harus bahagia. Bila kita dimuliakan karena islam, maka mereka pun harus mulia
karena islamsebagai agamanya.
Jadikan
diri kita menjadi jalan hidayah bagi kedua orang tua kita. Kalau mereka saat
ini non-muslim, maka berlakulah adil pada keduanya. Bermuamalah yang baik dan
menuruti perintahnya manakala bukan persoalan haram dan maksiat.
Hal ini telah di jelaskan dalam
QS. Luqman [31] :15
dan QS. Mumtahanah [60]:
8-9
Sayangi ibu dan bapak. Tunjukkan bahwa
islam mengajarkan kasih sayang. Jadikan akhlak mulia kita sebagai magnet yang
akan menarik mereka menuju indahnya islam.
- Ajarkanlah pemahaman yang benar (Ahlussunah)
Tentu
saja tidak berhenti pada persoalan berislam saja. Kita harus menunjukkan mereka
pemahaman islam yang shahih, yaitu pemahaman ahlussunah. Yaitu mengikuti
pemahaman Rasulullah , sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin. Banyak cara yang
bisa kita lakukan. Misalnya kita mengajak mereka untuk mendalami islam melalui kajian keislaman yang
bersifat progresif, kontinyu, dan memotivasi amal. Sehingga ilmu islam dan
beramal dengannya. Atau kalau tidak seperti itu, kita bisa membelikan buku-buku
bacaan islam yang membantu orang tua kita dalam beribadah dan beramal. Kalaupun
itu belum berhasil, kita bisa membelikan mereka majalah dan mengajak mereka
diskusi dengan tema majalah itu.
Bila menemukan masalah yang cukup
pelik/ sulit, kita harus mencari celah yang bisa membuka pintu komunikasi kita
dengan mereka.
- Taatilah mereka selama tidak Bermaksiat
Bapak
ibu kita mungkin pernah berbuat salah. Namun bukan berarti kesalahan itu
menggugurkan kewajiban kita untuk taat kepada mereka. Sebab merekalah yang
harus kita taati di dunia ini. Mereka sangat berhak mendapat ketaatan kita.
Ibaratnya, apapun yang mereka inginkan
dan perintahkan, selama itu bukan merupakan kemaksiatan, maka kita harus
menaati dan melakukannya.
- Dahulukan kepentingan mereka daripada kepentingan sendiri, bahkan daripada ibadah yang sunah
Ketika
keperluan kita berseberangan dengan mereka, maka orang tua adalah sosok yang
harus diprioritaskan. Inilah mungkin yang tidak di ketahui sebagian besar anak
muda. Mereka mengesampingkan kepentingan orang tua mereka dan lebih memilih
sibuk beraktifitas dan asyik dengan dunianya. Hari-harinya ia habiskan untuk
beraktifitas di luar rumah. Ia menghabiskan setiap jam, menit dan hari untuk
orang lain. Sedangkan ibunya hanya mendapatkan sedikit saja dari sisa-sisa waktu
yang ia miliki.
- Pilihlah dan keluarkanlah kata-kata terbaik yang bisa kita keluarkan
Pilihlah kata yang benar yang ingin kita sampaikan kepada orang rua.
Carilah bahasa yang bisa membuat mereka ridha dan suka pada kita. Berikan yang
terbaik yang bisa kita berikan. Cobalah untuk lemah lembut dalam bertutur kata,
dan tidak memanggil mereka langsung dengan namanya, tidak bersuara tinggi dan
ketus. Apapun suasana hati kita, jangan membentak mereka dan jangan berkata
kasar. Kalau kita sedang dikuasai emosi, lebih baik kita mencoba menghindari
mereka, daripada harus mengeluarkan kata-kata kasar yang melukai hati.
Orang tua memang beraneka karakter, dan setiap karakter membutuhkan
sebuah kesabaran tersendiri. Kadang sikap orang tua yang otoriter dan menang
sendiri “memaksa” kita untuk melawan sikap mereka. Dan kita merasa tergoda
untuk membentak dan berkara kasar. Bila hal itu menerpa kita, sebaiknya kita
segera mungucapkan istighfar dan meninggalkan perseteruan itu. Mengambil air
wudhu adalah keputusan yang bijak, sehingga tersiram semua amarah yang ada di
wajah kita.
- Do’akan mereka, karena itu kewajiban kita
Kewajiban lain yang tidak boleh kita tinggalkan adalah senantiasa
mendo’akan untuk kebaikan mereka. Seperti memohonkan hidayah untuk mereka, agar
hidup mereka bahagia di dunia dan di akhirat. Sebab, do’a anak yang shalih akan
selalu mereka nantikan. Do’akan mereka
dalam setiap shalat dan setiap kesempatan. Karena mereka adalah orang tua kita.
Do’akan mereka dengan segenap air mata yang bisa kita teteskan. Semoga hidayah
menyapa ibu kita dan menyirami hati bapak kita.
Saudaraku, berdo’alah kepada Allah, karena do’a adalah senjata orang
mikmin. Do’akan orang tua kita dan bayangkan wajah ibu dan ayah kita hadir
dalam setiap do’a kita.
F. Saat mereka sudah tiada, apa yang bisa kita lakukan?
- Mohonkan ampun untuk mereka
Memohonkan ampun ini terutama jika semasa
hidupnya mereka sebagai orang islam. Karena mereka membutuhkan do’a anak-anak
shalih. Oleh karena itu, sebaiknya kita mulai membiasakan diri dengan berdo’a
untuk orang tua kita. Kita bisa menghapalnya dan melafadzkannya sesering yang
kita bisa. Memohonkan ampunan bagi orang tua juga merupakan akhlak para nabi.
Tidak untuk orang tua yang musyrik
Permohonan
ampunan tidak di perkenankan bagi orang tua yang musyrik. Sebab hal itu
dilarang dalam islam.
- Menunaikan janji mereka
Saat orang tua kita masih hidup, boleh
jadi mereka pernah mengucapkan janji yang belum mereka penuhi. Sebagai wujud berbakti pada orang tua, kita
harus menunaikan janji mereka.
Hal ini juga berlaku pada nadzar, bila
kedua orang tua kita pernah bernadzar semasa hidupnya. Apa dalilnya?
Bukhari
meriwayatkan hadits “Dari Abdullah bin Abbas ra. Bahwa Sa’ad bin Ubadah Al-Anshari pernah
meminta fatwa kepada Nabi tentang nadzar yang menjadi tanggungan ibunya, lantas
ibunya meninggal dunia sebelum ia
melaksanakan nadzar itu. Maka beliau memfatwakan agar ia menunaikan nadzar n
ibunya.dan hal itu di kemudian hari menjadi sunnah.”
- · Muliakan kawan-kawan mereka
Hubungan kekerabatan atau persahabatan
ada baiknya disambung kembali dan tetap di pertahankan. Maka sejak awal palinng
tidak kita mengetahui siapa saja teman dan kawan ayah dan ibu kita. Kita
mengenalnya dengan baik dan memuliakannya dengan penghormatan yang layak. Kita anak muda, tentunya lebih dahulu memulai
menyambung ikatan itu. Bersilaturrahmi
dan mengadakan kunjungan sesekali ke rumah-rumah mereka. Kalaulah tidak bisa
seperti itu, paling tidak kita telepon untuk sekadar mengetahui kabar mereka.
- · Menyambung persaudaraan kepada kerabat
Kerabat merupakan orang-orang yang pernah
dekat dengan ayah dan ibu kita. Mereka pernah hidup bersama sewaktu kecil, mengalami
masa indah dan masa susah. Mereka lahir dari rahim yang sama, tumbuh dari kecil
hingga dewasa dalam suasana yang hampir sama. Sehingga kedekatan di antara mereka sudah
terjalin sejak lama. Akan terasa sangat sayang, bila kedekatan seperti itu harus
berakhir karena kematian. Maka tugas anak-anaknya untuk melanjutkan hubungan
baik yang pernah ada. Menghidupkan
kembali apa yang sudah di bangun oleh orang tua kita.
AMBILLAH PELAJARAN, NISCAYA KAU
BERUNTUNG !!!
By: Wueland S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar